Jumat, 25 Mei 2012

BARA


. . . . . . .
Akhirnya bertemu disini
Makian berdengung keras
Sahut menyahut melontarkan cacian
Menghujani seluruh ruang vakum yang ada dalam kepala
Amarah bergejolak  seakan sepersekian detik lagi akan meledak
Darah terasa menggelegak semakin menjadi-jadi
Apa yang ada dihadapan mata ini rasanya seperti menampar wajahnya
Memberikan pukulan telak
Sekalipun apa yang ada sudah di sadari sejak awal
Dan wanita ini sudah memperkirakan apa yang akan terjadi
Tapi tetap saja ada sesuatu yang tak sepenuhnya diterima
Dunia yang menggelikan
Bila akan meledak, maka biarkan saja ia meledak
Biar ia merasakan betapa tersiksa hidupnya atas semua ini
Kemilau sinar perak memancing perhatiannya
Terlintas kini atas apa yang selama ini menjadi satu-satunya keinginan besarnya
Seakan terjebak  dalam medan magnet
Berjalan melenggang menghampirinya
Pisau
. . . . . . .
. . . . . . .
Dan sekarang semua tahu
Seringainya
. . . . . . .
Bunuh 
. . . . . . .

Senin, 21 Mei 2012

DAMAI


Dengarkan tanah
Dengarkan air
Dengarkan angin
Dengarkan hakikat alam
Aku duduk termenung dalam kebisingan
Berpikir dalam diam
Mengagumi bentangan alam yang tak pudar sekalipun kebisingan mengusik
Terlalu megah untuk di renungkan
Terlalu bodoh untuk melewatkannya
Menikmati limpahan kasih-Mu
Ku rasakan jiwa ku larut dalam damai
Terlalu indah untuk dinikmati sendiri

Arak-arakan mendung yang menggantung dalam kepasrahan
Nampak ujungnya terbakar karena berkas mentari sore hari
Akankah yang hilang akan  muncul kembali??
Seperti air mengelana
Kemudian hadir kembali bersama kesejukan
Harapku..

Kamis, 03 Mei 2012

SEMPURNA


Sore itu di pendapa yang berada di tepi taman pondok, selepas ngaji kitab seorang santri tak langsung beranjak meninggalkan majlis. Namun dia justru mendekati sang guru, bermaksud menanyakan suatu hal pada beliau.
‘Guru, saya ingin bertanya mengenai suatu hal…bagaimana cara kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup?’
Sang guru menjawab dengan tenang namun jelas, ‘Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali ke belakang.’
Santri tersebut pun langsung menuruti perintah dari gurunya, ia berjalan lurus perlahan menyusuri taman bunga itu. Sembari mengamati bunga, berusaha menemukan bunga yang terbaik. Akan tetapi setelah berjalan sampai ke ujung taman, ternyata santri tersebut kembali dengan tangan hampa.
Guru tersebut pun bertanya, ‘Mengapa kamu tidak membawa bunga satu pun?’
Santri tersebut menjawab, ‘Sebenarnya saya tadi sudah menemukannya, tetapi saya berfikir mungkin di depan sana ada bunga yang lebih indah. Ketika saya sudah sampai di ujung taman, saya baru sadar bahwa yang saya lihat tadi adalah bunga yang paling indah. Dan saya pun tidak dapat kembali ke belakang.’
Dengan tersenyum guru berkata, ‘Ya itulah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan semakin pula kita tidak akan pernah mendapatkannya. Karena kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada (hanya milik Allah SWT). Yang ada hanyalah keikhlasan hati untuk menerima kekurangan.’
Dari sini kita dapat belajar, marilah kita sadari bahwa apa  yang kita dapatkan hari ini adalah yang terbaik menurut Allah dan jangan pernah ragu. Karena dengan kesadaran itu akan menjadikan kita lebih bisa menerima apa yang ada dalam diri kita dan apa yang kita miliki. (AN)